Nilam merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia. Karena, nilam mempunyai
prospek yang baik untuk diekspor yang sangat dibutuhkan sebagai bahan dasar
pembuat parfum dan kosmetik. Penggunaan nilam dalam industri ini karena
sifatnya yang fiksative terhadap
bahan pewangi agar aroma bertahan lama sehingga dapat mengikat aroma wangi dan
mencegah penguapan zat pewangi.
Nilam merupakan tanaman wangi yang berakar serabut, daunnya
halus bagai beludru apabila diraba dengan tangan, berbentuk agak bulat lonjong
seperti jantung, serta berwarna agak pucat
Di Indonesia saat ini sudah terdapat 3 jenis tanaman nilam,
yaitu nilam aceh, nilam jawa dan nilam benten yang hampir mirip dengan nilam
jawa. Diantara spesies tersebut, nilam Aceh lebih banyak ditanam oleh petani,
karena kadar dan kualitas minyaknya
lebih tinggi. Seluruh bagian tanaman ini mengandung minyak atsiri, namun
kandungan minyak terbesar pada daunnya.
Karakteristik jenis tanaman Nilam
1.
Pogostemon cablin, Benth ( syn P.
patchouli Pell)
atau yang dikenal dengan nilam aceh banyak diusahakan di propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatera Utara. Nilam ini tidak berbunga dan daunnya halus.
Kadar minyak yang terkandung dalam nilam aceh sebesar 2,5% - 5,0%. Nilam ini termasuk nilam yang bermutu tinggi
dan banyak diincar konsumen. Ini merupakan peluang usaha yang menguntungkan
bagi para petani di daerah ini karena dapat menghasilkan keuntungan yang sangat
besar dan dapat mensejahterakan para petani di wilayah ini.
2.
Pogostemon heyneanus, Benth dikenal sebagai nilam jawa atau nilam
hutan karena banyak tumbuh liar di hutan jawa dan ditemukan pertama kali di
daerah Banten. Nilam ini berbungan dan memiliki daun yang tipis serta kandungan
minyaknya rendah yaitu sekitar 0,5%-1,5%.
3.
Pogostemon hortensis, dikenal sebagai nilam jawa. Bedanya
dengan nilam jawa lainnya yaitu nilam ini tidak berbunga, sering disebut nilam
sabun karena daunnya bisa digunakan untuk mencuci tangan atau pakaian dengan
cara menggosokannya kebagian yang kotor. Tanaman ini berbentuk perdu dan
tingginya mencapai 0,5 meter sampai 1,2 meter tetapi kandungan minyaknya rendah
yaitu hanya sekitar 0,5%-1,5%.
Ciri khas lainnya yaitu apabila daunnya
digosok akan basah dan mengeluarkan aroma atau wangi khas nilam. Selain itu,
minyak dari daun nilam memiliki sifat khas, yaitu semakin bertambah umurnya
maka semakin harum wangi minyaknya. Oleh sebab itu, minyak nilam yang berumur
lebih lama lebih disukai oleh produsen minyak wangi.
Peranan Nilam dalam Perdagangan Minyak
Atsiri di Indonesia
Indonesia merupakan penghasil minyak atsiri yang cukup
penting didunia, minyak atsiri di Indonesia mempunyai prospek yang cerah untuk
dikembangkan dan diharapkan dapat memanfaatkan peluang tersebut sehingga dapat
meningkatkan peranan ekspornya dipasar dunia dan mampu bersaing dengan Negara
lain. Minyak nilam di Indonesia merupakan nilam terbaik di dunia, sampai saat
ini minyak nilam belum bisa dibuat tiruannya. Karena itu, harga minyak nilam
cenderung lebih tinggi. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian
tanamannya, seperti akar, batang, ranting, daun, bunga dan buahnya.
Alam Indonesia sangat kaya akan tumbuhan ini. Minyak atsiri
dalam tumbuhan memegang peranan yang sangat penting bagi kesehatan. Di
Indonesia, penggunaan minyak atsiri bisa melaui berbagai cara, yaitu:
1. Dikonsumsi, jamu mengandung minyak
atsiri atau bahan penyedap
2. Pemakaian diluar, pemijatan lulur dan
sebagai obat untuk luka atau memar
3. Sebagai wangi-wangian atau aromatherapy
Selain itu minyak nilam juga digunakan sebagai salah satu
bahan campuran produk kosmetik, seperti bedak, sabun, pasta gigi, shampo,
lotion dan deodorant. Oleh sebab itu , potensi nilam sangat kuat. Bila
dikaitkan dengan suatu perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan
segala ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program
budi daya tanaman nilam ini prospektif dan sangat menguntungkan karena
pemeliharaan tanaan ini tidak terlalu ribet.
Sistem
Penanaman
Pada awalnya sistem dan tata cara, pengelolaan dan
pemeliharan penanaman nilam dilakukan seadanya atau ala kadarnya. Artinya,
ketika penanaman dilakukan dengan sistem penanaman secara langsung pada lahan
perkebunan, tidak disertai denga suatu upaya atau kegiatan pemeliharaan secara
rutin atau hanya dengan membiarkan tanaman begitu saja karena dianggap sebagai
tana,a perdu atau tanaman liar. Namun, kenyataannya yang terlihat dari beberapa
perkebunan masyarakat Indonesia adalah pertumbuhan tanaman yang cukup lumayan
dan juga dapat dipanen pada waktu yang singkat, yaitu sekitar 6 sampai 7 bulan
sejak penanaman awal dilakukan, hanya saja memang hasil panen yang diperoleh
belum optimal.
Setelah itu sistem menanam nilam yaitu dilakukan dengan cara
monokultur dan tumpangsari dengan tanaman hortikultura antara lain dengan
kacang panjang, mentimun, terong dan semanka dengan tujuan untuk pengoptimalan
lahan dan meningkatkan pendapatan.
Penanaman dengan menggunakan bibit yang langsung ditanam
dilapang dan dilapisi dahulu dengan polybag untuk menghemat bibit karena sistem
pengakaran sudah terbentuk. Penanaman nilam di Kalimantan tengah hanya satu
tahun dengan 2-3 kali panen karena kadar pathcoulli alcohol yang merupakan
salah satu kualifikasi mutu semakin menurun disebabkan oleh iklim dan tanah
yang kurang subur.
Untuk mendukung usaha pengembangan tanaman nilam sehingga
Indonesia tetap merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dan
untuk meningkatkan pendapatan petani, maka diperlukan beberapa upaya antara
lain yaitu penggunaan benih unggul, perbaikan budidaya dan penanganan pasca
panen yang lebih baik. Untuk menjamin kemurnian benih unggul nilam dalam jumlah
yang memadai perlu diupayakan pendirian kebun induk nilam yang selanjutnya dapat
diperbanyak sebagai benih sebar.
Tanaman ini di budi daya kan dengan setek dan termasuk
tanaman yang mudah tumbuh, serta mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari
suatu daerah yang kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif dan
berpotensi.
Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman ini relatif
mudah, minyak yang dihasilkan bermanfaat untuk berbagai kebutuhan industri,
masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup
lama, potensi pasarnya sudah jelas, belum ditemukannya bahan sintesis atau
buatan untuk sebagai pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini.
Potensi Wilayah pengembangan Tanaman
Nilam
Di provinsi Kalimantan Tengah nilam di gunakan sebagai
komoditas rintisan usaha. Mulai ditanam oleh petani di kabupaten kotawaringin
timur, propinsi Kalimantan tengah pada tahun 1999. Dimulai dari pencarian bibit nilan ke Nanggroe Aceh Darussalam oleh
petani transmigrasi Kalimantan tengah yang sangat berminat untuk menanam dan
membudidayakan tanaman ini didaerah tempat tinggalnya yaitu di propisi
Kalimantan.
Semakin bertambahnya luas area penanaman nilam menunjukkan
bahwa tanaman tersebut diminati oleh petani di Kalimantan Tengah, karena
mempunyai prospek dan peluang pasar yang cukup tinggi. Untuk mendapatkan minyak
atsiri yang mempunyai rendemen minyak dan kadar patchouli alkohol tinggi, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu teknologi budidaya, faktor iklim
terutama curah hujan, lahan (topografi atau bentuk wilayah, elevasi) dan
peluang pasar. Harga minyak nilam saat ini di Kalimantan Tengah adalah Rp
150.000 - 170.000/kg, dan di pulau Jawa dengan harga Rp. 245.000/liter. Harga
minyak nilam tergantung pada kadar Patchouli Alkohol (PA).
Di wilayah kabupaten pemalang jawa tengah, luas lahan
perkebunaan nilam mencapai 1.450 hektar yang tumbuh dan berkembang sangat baik.
Kualitas nilam di daerah ini telah memenuhi standar dasar ekspor. Namun,
diperlukan manajemen pengelolaan budi daya dan penerapan teknologi yang lebih
baik. Selain itu, pengendalian pasar yang berkaitan dengan transaksi penjualan
hasil panen minyak nilam perlu diatur sehingga potensinya dapat dimanfaatkan
secara optimal. Tanaman nilam ini banyak dikembangkan di wilayah ini karena
sesuai dengan karakter iklim, cuaca, jenis tanah dan suhu udara yang di
milikinya. Selain itu, dukungan masyarakat dan pemerintah kabupaten terhadap
tanaman ini sangat antusias.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten
pemalang melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) adalah kerja sama kemitraan. Kerjasama ini
dilakukan untuk lebih memfokuskan pengembangan tanaman nilam dalam ruang
lingkup yang lebih profesianal. Dilihat dari potensi dan kondisi semua daerah
penghasil nilam harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal ini bertujuan agar
tanaman nilam menjadi komoditas andalan yang dapat memberikan manfaat.
Komoditas Ekspor
Produksi nilam di Indonesia semakin meningkat, pada tahun
1960an ekspor nilam Indonesia sebesar 250-300 ton tiap tahun. Kebutuhan ekspor
tersebut terus meningkat hingga menjadi 300 sampai 500 ton pada tahun
1970-1980, 500 sampai 700 ton pada tahun 1980-1990. Pada tahun 1990an ekspor nilam meningkat tajam hingga
melebihi 1.000 ton. Devisa yang telah disumbangkat dari produksi nilam ini
mencapai 13,6 juta dollar Amerika atau 40% dari total ekspor minyak atsiri.
Saat ini Indonesia mensuplai 90% kebutuhan minyak nilam
dunia dan 70% diantaranya berasal dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Harga
nilam per kilogram saat ini cukup stabil yaitu 200.000 sampai 240.000 dan ada
kecenderungan terus membaik. Harga nilam mencapai puncaknya saat krisis moneter
yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan 1998. Saat itu harga minyakl nilam
per kilogram mencapai Rp. 1.000.000 dengan posisi dollar Amerika Rp 15.000
sampai 18.000. para eksportir nilam pada saat ini benar benar ada dalam posisi
kejayaan karena merauk keuntungan yang sangat besar. Meskipun harga tidak
setinggi pada saat krisis moneter, harga minyak nilam cenderung stabil dan
tinggi, seiring dengan stabilnya nilai dollar terhadap rupiah.
Kekhasan aroma, warna dan komponen yang terkandung dalam
minyak nilam produksi asal Indonesia merupakan kelebihan tersendiri. Dengan
demikian minyak ini menjadi primadona dalam bisnis minyak atsiri internasional.
Oleh sebab itu, prospek ekspor masih terbuka luas dan cukup
besar seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap bahan baku parfum,
kosmetik, farmasi dan interaksi tren dunia serta belum ditemukannya barang
substitusi essensial oil yang bersifat mengikat dalam industry parfum dan
kosmetika.
Kendala budidaya Nilam dan Upaya yang
Harus dilakukan oleh Generasi Selanjutnya
Kendala-kendala dalam budidaya dan agribisnis nilam antara lain budidaya
yang belum sempurna, bahan tanaman yang kurang sesuai, panen, penanganan bahan
dan penyulingan yang kurang baik mengakibatkan produktivitasnya rendah. Faktor
lain adalah kekeringan (iklim) dan perbedaanharga.
Kekeringan selain karena kemarau panjang juga disebabkan fenomena alam.
Nilam sangat peka terhadap kekeringan, kemarau panjang
setelah pemangkasan dapat menyebabkan tanaman mati. Suhu yang dikehendaki
sekitar 24-28°( dengan kelembaban relatif lebih dari 75% dan intensitas radiasi
surya 75-100%.
Meskipun prospek nilam cukup cerah baik untuk pasar dalam
negeri maupun luar negeri, tidak sedikit masalah yang mengahadangnya, seperti
produktivitas rendah, standar mutu yang bervariasi, penyediaan bahan yang tidak
terus menerus dan harga yang tidak stabil.
Salah satu pemicu munculnya berbagai persoalan tersebut adalah sampai saat
ini nilam masih diusahakan oleh petani
secara tradisional dan dalam skala kecil. Mereka yang mengusahakan nilam
umumnya memiliki modal dan teknologi yang terbatas sehingga mutu minyak yang
dihasilkan cukup beragam. Ini mengakibatkan harga produk yang dihasilkan tidak
stabil, karena sering tidak memenuhi standar mutu yang dikehendaki pasar.
Karena itu kita sebagai generasi selanjutnya yang memiliki modal lumayan kuat,
pengetahuan yang luas dan keterampilan yang memadai akan sangat membantu dalam
pengembangan tanaman nilam di Indonesia.
Produksi nilam di Indonesia masih rendah yang disebabkan
oleh penerapan budi daya tanaman nilam secara tradisional yang ditandai dengan
pola ladang yang berpindah-pindah yang berdampak pada mutu produksi tanaman
kurang menjamin dan juga minyak yang dihasilkannya. Upaya yang dapat dilakukan
oleh kita sebagai generasi penerus yaitu dengan melakukan perbaikan metode
teknologi budi daya tanaman nilam dengan bibit yang unggul dan ditanam diladang
secara menetap, agar minyak atsiri yang dihasilkan juga menjamin mutu dan
kualitasnya.
Petani yang mengusahakan tanaman nilam pada umumnya adalah
petani tradisional yang gaptek terhadap teknologi sekarang dan juga memiliki
modal yang terbatas. Ini mengakibatkan produk yang dihasilkan juga tidak stabil.
Nah kita sebagai generasi penerus memiliki peranan yang penting untuk
memperbaiki ini semua yaitu dengan cara melakukan pendekatan kepada para petani
tentang bagaimana cara menjalankan teknologi dengan benar dan efisien dengan
begitu kita akan mengurangi tingkat ke gaptekan para petani yang tadinya masih
diproses dan dilakukan secara tradisional sekarang akan menjadi para petani
yang menghasilkan produk yang berkualitas serta mengembangkan potensi
masyarakat dan petani dan mengurangi perbedaan hasil mutu yang dihasilkan
nantinya dengan menggunakan teknologi terkini. Kita juga dapat meminjamkan
modal kepada para petani untuk memperluas lahan dan memenuhi kebutuhan alat
yang diperlukan agar hasil yang didapatkan sebanding bahkan memenuhi permintaan
pasar lokal maupun mancanegara. Dan sangat diharapkan dapat mensejahterakan
para petani di Indonesia, mengurangi angka pengangguran, dapat menaikan devisa
Negara dan mengurangi angka kemiskian.
Kesimpulan
Indonesia merupakan produsen utama minyak nilam. Sayangnya
nilai tambah yang terdapat dalam industri ini belum banyak dinikmati Indonesia.
Untuk itu perlu suatu strategi yang baik dalam pengembangan industri nilam
dengan mengkaitkan pengembangan usahatani, usaha agroindustri penyulingan dan industri
hilirnya. Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan adalah:
1. Membuat kelompok-kelompok tani nilam yang
mencakup area ladang perkelompok dan memberi
bantuan pinjaman finansial dan bimbingan usaha agar dapat membentuk usaha agroindustri
penyulingan minyak nilam.
2. Membangun industri hilir berbahan baku minyak
nilam yang ditunjang dengan inovasi-inovasi baru hasil penelitian dan
pengembangan.
3. Untuk menunjang agar strategi 1 dan 2 tersebut
dapat berjalan dengan baik maka perlu diketahui status pasokan dan serapan
industri nilam Indonesia saat ini.
4. Menunjang sarana dan prasarana seperti unit
produksi, unit pendidikan, pengetahuan dan penelitian serta unit penelitian dan
pengembangan.
Referensi:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=KOpPCgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=industri+parfum+dari+tanaman+nilam&ots=q0RA1QMdxj&sig=WdaLYbm6TP5mzjIsQiuS35HT8RM&redir_esc=y#v=onepage&q=industri%20parfum%20dari%20tanaman%20nilam&f=false
http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/91/pdf/Nilam%20dan%20Potensi%20Pengembangannya.pdf
http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/91/pdf/Nilam%20dan%20Potensi%20Pengembangannya.pdf
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=oSgq10MghHoC&oi=fnd&pg=PA1&dq=industri+penggunaan+pupuk+dan+pestisida&ots=IiOqjRsQUC&sig=ogQjdfjakrN8QZMvRARFAe8VzqQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=FqqKklIbVZAC&oi=fnd&pg=PA9&dq=industri+parfum+dari+tanaman+nilam&ots=0fJ5WLGlgG&sig=yKrnaldqo8rWvY5KTJq1DAtoDuA&redir_esc=y#v=onepage&q=industri%20parfum%20dari%20tanaman%20nilam&f=false
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/janafis/article/view/2566
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/file/Perkembangan%20TRO/edsusvol16no2/8-Chandra.pdf